Rabu, 17 September 2014

Makalah Manajemen Strategi (Proses Pembuatan Strategi)



Mata Kuliah                : Manajemen Operasional
Prog. Studi                  : S1 MS5
Semester                      : 5 SP
Dosen Pengasuh          : Andi Makkulawu Pennyiwi Kessi, S.E., M.Si.

PROSES PERENCANAAN STRATEGI DALAM MENANGANI BURUKNYA ANGGAPAN MASYARAKAT MENGENAI MLM

Oleh:

KELOMPOK 5
Ilmawati (1211557)
Asriani (1211671)


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)
TRI DHARMA NUSANTARA
MAKASSAR
2014




Bab I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Perencanaan strategis adalah proses yang dilakukan suatu organisasi untuk menentukan strategi atau arahan, serta mengambil keputusan untuk mengalokasikan sumber dayanya (termasuk modal dan sumber daya manusia) untuk mencapai strategi ini. Tujuan strategi adalah keuntungan kompetitif yang dapat dipertahankan, yang dapat muncul dari bagian maupun dari kegiatan organisasi.
Tiga alasan pentingnya perencanaan strategis :
·         Perencanaan strategi memberikan keragka dasar bagi perencanaan-perencanaan lainnya;
·         Pemahaman terhadap perencanaan strategis akan mempermudah pemahaman bentuk perencanaan lainnya;
·         Perencanaan strategis merupakan titik permulaan bagi penilaian kegiatan manajer dan organisasi.
Dalam makalah kali ini, kami akan membahas lebih lanjut mengenai proses pembuatan strategi yang akan kami terapkan dalam sebuah perusahaan. Fokus utama strategi perusahaan adalah:
·         Pembuatan keputusan, dan
·         Proses pembuatan keputusan tentang strategi.
Dua hal di atas adalah sub pokok yang akan kami bahas lebih lanjut. Sebagai contoh bentuk pelaksanaannya kami akan menggunakan salah satu perusahaan kosmetik bernama Oriflame. Oriflame Indonesia mulai beroperasi sejak tahun 1986 dan merupakan pemimpin pasar dengan kosmetik alami Swedia-nya. Dibawah bendera PT. Orindo Alam Ayu, Oriflame merupakan pelopor perusahaan Network Marketing/sistem penjualan langsung/ MLM (Multi Level Marketing) yang terpercaya di Indonesia. Oriflame menawarkan peluang bisnis bagi orang-orang yang ingin menghasilkan uang sejak hari pertama bergabung dan memenuhi impian melalui konsep bisnis - "Make Money Today and Fulfil Your Dreams Tomorrow".

B. Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pembuatan keputusan itu?
2.      Bagaimana proses pembuatan keputusan tentang strategi?










Bab II
Pembahasan

A. Pembuatan Keputusan
            Pembuatan keputusan adalah proses pemikiran dan tindakan yang mengarahkan pada suatu keputusan. Keputusan adalah memilih diantara dua atau lebih alternatif yang tersedia. Karena itu, pertama-tama kami akan memfokuskan suatu masalah terlebih dahulu untuk kemudian dilakukan pembuatan keputusan.
            Masalah yang akan kami bahas adalah mengenai sistem penjualan langsung / network marketing / MLM (Multi Level Marketing) yang digunakan oleh beberapa perusahaan, namun yang akan kami ambil contoh adalah Oriflame.
            Network Marketing atau Pemasaran Jaringan atau sering disebut bisnis MLM (Multi Level Marketing) merupakan salah satu jenis bisnis pemasaran produk yang berbeda dibanding bisnis tradisional pada umumnya, karena produk yang dipasarkan langsung sampai ke tangan konsumen/pelanggan tanpa melalui jaringan distribusi yang panjang seperti pada bisnis tradisional/konvensional. Sehingga terlihat jelas bahwa bisnis network marketing merupakan efisiensi dari jalur pemasaran yang panjang sekali seperti pada bisnis tradisional. Sehingga dengan adanya efisiensi tersebut maka pengeluaran biaya dari pabrik sampai ke pelanggan bisa ditekan dan dibagi buat para distributornya dengan pembagian yang adil.
Akan tetapi bisnis network marketing juga banyak menemui pro dan kontra di kalangan masyarakat luas. Memang benar ada beberapa perusahaan yang berkedok sebagai bisnis jaringan, yang biasanya kita kenal dengan nama Money Game dan Arisan Berantai. Jenis bisnis seperti itu biasanya tanpa menawarkan produk dan walaupun ada maka produknya tidak berkualitas. Selain itu yang bergabung diawal selalu dapat keuntungan besar sehingga hanya bisnis tipuan semata. Maraknya bisnis semacam ini di masyarakat maka banyak orang yang menjadi korban, karena bisnis semacam itu paling lama bertahan hanya 3-5 tahun saja dan setelah itu tutup atau berganti nama.
Buruknya pemahaman masyarakat mengenai bisnis ini membuat semakin sedikit orang yang berminat untuk bergabung dalam bisnis MLM ini dan membuat rantai jaringan akan terputus jika downline tidak berhasil mendapatkan jaringannya sendiri.

B. Proses Pembuatan Keputusan Tentang Strategi
            Hal pertama yang akan kami lakukan untuk membuat keputusan tentang strategi adalah mengurai masalah-masalah yang akan dibahas selanjutnya. Masalah-masalah tersebut diantaranya: Pertama, mengenai apakah MLM adalah penipuan, illegal, tak bermoral?
Ini adalah bagian terbesar dari argumentasi, ketidaksetujuan dan tuduhan yang tidak berdasar tentang MLM. Tidak sedikit yang beranggapan MLM adalah tidak etis dan tidak bermoral. Walaupun demikian secara hukum, MLM dianggap legal, tidak menyalahi aturan moral.
Sebenarnya MLM tidak bisa dikatakan dari sananya baik atau buruk seperti halnya orang memandang sistem bisnis biasa. Bisnis biasa (dunia korporat) bisa dijalankan secara baik dan bisa dijalankan dengan buruk. MLM juga demikian. Ada yg dijalankan dengan baik dan ada juga yang dijalankan dengan buruk. Jadi baik dan buruknya MLM tergantung bagaimana perusahaan didesain dan dijalankan oleh tim manajemen dan tim pemasar di lapangan.
Memang harus diakui ada juga perusahaan MLM yang tidak lebih dari sekadar penipuan, cara cepat menjadi kaya untuk pemilik dan segelintir kroninya. Beberapa di antaranya berusaha memanipulasi hukum dan menghindar dari hukum. Ada juga perusahaan MLM yang mempunyai produk yg sah secara hukum dan sudah berkecimpung dalam bisnis selama beberapa tahun tapi dijalankan secara salah, sedemikian sehingga banyak orang yang menjadi korban. Contoh, orang lanjut usia yang menginvestasikan uang pensiun untuk membeli barang-barang yang memenuhi garasinya dan seterusnya. Banyak orang tentunya setuju bahwa perusahaan ini, setidaknya distributor yg menjalankan praktek-praktek tidak bertanggung-jawab, sama sekali tidaklah etis.
Sebenarnya ada banyak perusahaan yang dijalankan dengan sah, legal, dan etis. Perusahaan-perusahaan tersebut mempunyai produk-produk yang baik, bermanfaat bagi pelanggan dan memberikan banyak orang peluang untuk memperbaiki kondisi keuangannya.
Kubu Anti MLM sering menyatakan bahwa perusahaan MLM dan distributornya hanya menjual fantasi tidak realistis mengenai potensi penghasilan yang dapat diperoleh kepada prospek, yg pada kenyataannya hanya menggemukkan penghasilan upline. Pandangan ini bisa dimengerti namun mengabaikan satu hal penting yaitu bahwa setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk membangun group atau timnya sendiri seperti halnya upline-nya. Upline sudah bekerja keras, mungkin selama bertahun-tahun, untuk membangun downline yang sekarang memberikan hasilnya bagi upline tersebut. Orang baru mungkin sudah investasikan hanya beberapa ratus dollar dan beberapa jam saja perharinya. Setiap orang memulai dari tempat yang sama, di dasar, dan setiap orang punya kesempatan yang sama untuk membangun downlinenya sendiri.
            Untuk lebih memahami cara kerja MLM, kami akan menjabarkan penjelasannya. Saat seseorang, -katakanlah bernama A- bergabung dengan sebuah perusahaan MLM, proses seperti apa yang terjadi? Statusnya sebagai apa dalam perusahaan MLM tersebut? Inilah yang terjadi saat A bergabung kedalam sebuah perusahaan MLM :
gambar 1
Saat A join kedalam perusahaan MLM, status-nya adalah sebagai mitra perusahaan MLM. Bukan sebagai pegawai perusahaan MLM tersebut. Analogi yang tepat untuk mengilustrasikan hubungan ini adalah seperti sebuah konter pulsa. Konter pulsa bukanlah pegawai perusahaan penyedia jasa seluler, tetapi mitra perusahaan penyedia jasa seluler tersebut. Hubungan kemitraan ini jelas atas dasar prinsip win – win solution dan menciptakan suatu hubungan hak dan kewajiban antara perusahaan dan mitranya. Perusahaan bertanggung jawab menyediakan produk yang berkualitas untuk didistribusikan. Mitranya bertugas mendistribusikan produk perusahaan. Dari produk yang didistribusikan tersebut, mitra akan mendapatkan keuntungan dari selisih harga yang didapat dari pendistribusian produk tersebut. Penggambaran skemanya kurang lebih seperti ini :
gambar 2
Dalam situasi ini, perusahaan mendapatkan profit dari produk yang terdistribusikan. A pun mendapatkan profit dari produk yang didistribusikan, yaitu selisih antara harga beli distributor dan harga jual ke konsumen. Kedua belah pihak sama – sama untung. Namun, A selaku individu past memiliki keterbatasan dalam jumlah produk yang terjual. Artinya, potensi penghasilan A terbatas.
Maka dari itulah, A membentuk grup atau jaringan distribusi dengan cara mensponsori orang lain.
gambar 3
Skema ini lah yang biasanya memunculkan reaksi – reaksi anti MLM seperti “Wah, kalau begitu nanti ngga adil, B, C, dan D kerja keras sedangkan A tidak bekerja apa – apa” atau “wah, skema pyramid dong ini. Hanya menguntungkan yang diatas saja.” Dan berbagai reaksi – reaksi anti MLM lainnya.
Hal yang mendasari hal ini adalah anggapan bahwa mensponsori adalah hal yang sangat mudah dan tidak membutuhkan keahlian dan pengetahuan apa – apa, sehingga akan sangat mudah oleh A mensponsori 3 orang dan lalu 3 orang ini masing – masing mensponsori 3 sehingga ada 9 orang di level 2 dan yang 9 orang ini masing – masing mensponsori 3, dan seterusnya.
Mari kita analisis. Kita ambil sampel B. Ketika B disponsori oleh A, apakah B sudah mengerti cara menjalankan bisnisnya? Apakah B sudah mampu mensponsori orang? Apakah B Sudah mengerti hal – hal teknis mengenai produk yang didistribusikan? Sudah mengerti cara mendistribusikan produk? Sudah mengerti hal – hal teknis tentang mengembangkan jaringan? Dari sini kita pahami bahwa ketika B bergabung di jaringan A dan menjadi mitra perusahaan, B sama sekali belum paham apa – apa. Kewajiban A – lah membimbing B agar menguasai teknik – teknik mengembangkan jaringan sehingga B dapat menciptakan omset. Skema yang terjadi adalah :
gambar 4
Orang – orang yang A sponsori dan A bimbing masing – masing akan menciptakan omset jaringan. Omset jaringan adalah omset yang tercipta karena A berhasil membimbing orang – orang yang berada di jaringannya. Kami rasa merupakan sesuatu yang adil jika A mendapatkan hasil karena A “membimbing” atau dengan kata lain mempintarkan jaringannya. Dan perlu diingat bahwa membimbing manusia membutuhkan waktu dan keahlian. Membimbing manusia bukanlah suatu pekerjaan yang mudah dan tidak membutuhkan keahlian.
Omset jaringan yang tercipta ini akan masuk ke dalam marketing plan, sebuah sistem pembagian hasil – dihitung dengan seksama dan akan dibagikan kepada masing – masing distributor dalam jaringan yang memenuhi kualifikasi untuk mendapatkan bonus. Bonus akan dibagikan secara proporsional dan sesuai dengan hak masing masing distributor dan sesuai dengan prestasi kerjanya. Marketing Plan yang baik dapat mengenali distributor yang bekerja lebih keras dan lebih cerdas. Sehingga di perusahaan MLM yang baik, bukan hal yang tidak mungkin jika B dapat memiliki penghasilan lebih tinggi dari A. Sehingga di perusahaan yang baik, anggapan bahwa bisnis MLM hanya menguntungkan yang diatas tidak lah benar.
            Dari penjelasan tersebut, maka masyarakat dapat menjadi lebih mengerti  mengenai MLM dan perbedaannya dengan money game. Selanjutnya, tugas downline lah untuk memberikan penjelasan yang sama guna mendapatkan kepercayaan orang yang akan dia ajak untuk bergabung. Berhasil atau gagal, sukses atau tidaknya seseorang baik dalam suatu pekerjaan, rumah tangga, hubungan ataupun bidang - bidang lainnya, sangat dipengaruhi dari cara pandang seseorang terhadap hal tersebut, begitu pula di bisnis MLM. Network marketing, pemasaran jaringan,dan sebutan lain untuk bisnis luar biasa ini. Mungkin Anda bertanya - tanya, "saya sudah berpandangan postif terhadap bisnis ini (MLM), saya sering mengikuti training - training, pertemuan dan semua hal yang dianjurkan upline ( buku, kaset dan alat - alat lain sudah saya beli dan pelajari, tapi buktinya saya tidak sukses - sukses, gimana sich?".
Yang dimaksud "paradigma yang menentukan sukses" adalah paradigma yang ada di alam bawah sadar, bukan hanya di alam sadar anda, contoh gampangnya begini : setelah mengikuti training anda merasa sangat bersemangat, anda merasa bahwa setelah keluar dari ruangan anda akan langsung presentasi kepada semua orang, mulai dari buyut, kakek-nenek, ayah ibu, kakak-adik, anak - anak anda, cucu, tapi apa yang terjadi ? 1 hari, 2 hari, 3 hari, 4, 5, 6 hari, seminggu, sampai sebulan dan seterusnya anda nggak melakukannya, berarti "anda cuma menyadari bahwa presentasi penting dan mudah hanya di alam sadar, tapi belum  di alam bawah sadar, jadi seperti "selalu menabrak tembok yang tidak terlihat", bangkit-gagal lagi, semangat-malas lagi, begitu seterusnya berulang - ulang.

Ingin tahu cara mengatasinya ? seperti ketika kita makan, piring ( alam bawah sadar) kita harus kita bersihkan dulu, sebersih-bersihnya, sebelum kita taruh makanan ( pikiran sadar ) diatasnya. Katanya : indoktrinasi (cuci otak dengan janji-janji muluk tentang impian)

Faktanya : Network Marketing membangun kualitas distributornya

Bisnis ini merupakan "bisnis manusia", dimana setiap distributor perlu dibekali pengetahuan mengenai perusahaan, produk dan teknik menjalankan bisnis, tidak mungkin ada perusahaan yang tidak mengajarkan kesetiaan kepada perusahaan sebagai syarat sukses. Contoh anda menjadi distributor motor merek suzuki, tentu suzuki mengajarkan anda untuk loyal terhadap perusahaan tersebut, jadi hal yang wajar - wajar saja, sama dengan di bisnis lain setiap perusahaan mengajarkan loyalitas dan peningkatan SDM.

Katanya : hanya sekedar penghasilan tambahan.

Faktanya : Penghasilan tidak terbatas (unlimited)

Memang semua bisnis, pekerjaan dan hal - hal lain didunia (bukan MLM saja), bila dijalani hanya sebagai hobi, setengah - setengah dan tidak konsisten, hanya akan menjadi "pelengkap" saja. Tapi coba anda lihat ada seseorang yang menjadi kaya hanya dengan mengumpulkan botol - botol bekas, ada yang menjadi direktur hanya dengan menjadi office boy pada awalnya. Apa beda mereka (orang - orang yang Gagal ) dengan orang - orang yang Sukses di MLM  ?, hanya 2, yaitu:
1.      kurangnya pikiran, tenaga, dan waktu yang mereka curahkan, orang sukses selalu all out ( mati - matian), dalam bekerja dibidang apapun;
2.      kurangya do'a dan harapan mereka, yang mereka minta pada Tuhan atas kesuksesan mereka di bidang tersebut, orang sukses bekerja keras lalu pasrah pada Tuhan. Orang gagal malas bekerja dan was-was (tidak pasrah pada Tuhan).
 
 
 
 
 
 
 
 
 




Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
MLM (Multi Level Marketing) merupakan salah satu jenis bisnis pemasaran produk yang berbeda dibanding bisnis tradisional pada umumnya, karena produk yang dipasarkan langsung sampai ke tangan konsumen/pelanggan tanpa melalui jaringan distribusi yang panjang seperti pada bisnis tradisional/konvensional.
Ada beberapa perusahaan yang berkedok sebagai bisnis jaringan, yang biasanya kita kenal dengan nama Money Game dan Arisan Berantai. Jenis bisnis seperti itu biasanya tanpa menawarkan produk dan walaupun ada maka produknya tidak berkualitas. Selain itu yang bergabung diawal selalu dapat keuntungan besar sehingga hanya bisnis tipuan semata. Maraknya bisnis semacam ini di masyarakat maka banyak orang yang menjadi korban, karena bisnis semacam itu paling lama bertahan hanya 3-5 tahun saja dan setelah itu tutup atau berganti nama.
Keadaan di atas membuat masyarakat semakin kurang kepercayaannya terhadap bisnis MLM dan membuat mereka ragu untuk bergabung dengan bisnis ini dan membuat jaringan terancam terputus dan downline tidak dapat membuat jaringannya sendiri. Menurut kami, satu-satunya strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan mendapatkan kepercayaan masyarakat lagi. Caranya adalah dengan memberikan pemahaman terhadap masyarakat mengenai mana bisnis MLM yang legal dan tidak. Mana MLM yang berjalan dengan benar dan mempunyai produk berkualitas dan mana bisnis yang hanya tipu-tipu. Pemberian pemahaman ini bisa dilakukan melalui konsultan yang akan disampaikan secara face to face kepada orang lain ataupun melalui media sosial. Selanjutnya, keputusan masyarakat lah yang akan memilih untuk bergabung atau tidak.
B. Saran
            Saran kami, pihak oriflame harus tetap mempertahankan kualitas produknya dan caranya menjalankan usaha. Perusahaan juga harus lebih banyak melakukan training-training yang yang bisa mengajarkan pada para konsultan bagaimana caranya agar bisa bersikap dengan baik di depan customer dan meyakinkan customer tentang produk mereka serta usaha yang tengah mereka jalankan.
















Daftar Pustaka

http://rahasiamlm.weebly.com/sebelum-anda-terjun-apa-itu-mlm.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar